Senin, 10 Mei 2010

METODA DIRECTIVE DAN NON DIRECTIVE

Skala


Directive


Non Directive

Terapis

Masalah

Pendekatan

Metoda

Terapi

Tujuan

Klien

Problem dan Simptom

Diagnosa

Teknik


Langkah-langkah


Memberikan rekomendasi, nasehat dan petunjuk sebagai fasilitator

Jelas

Banyak bersumber dari mazhab besar Behaviorism

· Tingkah laku adalah hasil dari proses belajar (eksperimental)

· Simptom oriented, membuang simptom satu persatu

Psikoanalisa

· Tingkah laku adalah hasil dari pengalaman masa lalu

· Cord oriented langsung ke masalah, oleh karena itu masalah harus jelas dan digali sampai ke akar-akarnya sehingga ditemukan sumber konfliknya. Seperti RegresiĆ  dihipnotis untuk dapat kembali ke masa lalu (5 tahun lalu), jika ini terbongkar maka selesailah masalah

Diberikan pelatihan, sugesti apa sebaiknya yang dilakukan

Content is important

Terapis lebih tinggi


Kongkrit, mengatasi masalah

Percise (tepat)

Circumscribed (bisa dilukiskan bersamaan dengan kondisi nyata)

*passive Thinker*

Punya motivasi untuk keluar dari permasalahan

Kemauan berpikir rendah (kadang IQ rendah)

Tidak suka proses panjang, tidak sabar, kurang semangat

Tidak butuh banyak waktu bagi klien untuk memahami masalahnya karena sudah dijelaskan

Sebagai pertanda positif, klien mengharapkan perubahan dalam stres kehidupannya, tapi arah dari upayanya belum efisien.

Diselesaikan secara pragmatis, terapis mencari upaya yang bermanfaat untuk mengatasi masalah klien

Perlu ada oleh karena itu digunakan diagnostic interview

1. Analisa dan sintesa

§ Disini diupayakan menggali data-data yang relevan dan akurat sehubungan dengan timbulnya keluhan

§ Data dianalisis dan disintesis dengan tujuan mengorganisasikan keseluruhan data sehingga diperoleh gambaran mengenai penyebab timbulnya masalah

2. Diagnosis

§ Menetapkan masalah yang dihadapi dan latihan belajarnya

§ Menarik kesimpulan sementara yang kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan-pertemuan dan pembahasan kasus sehingga terbentuk kesimpulan akhir



Tidak memberikan rekomendasi, Tidak memberikan nasehat dan petunjuk, sebagai cermin


Tidak perlu jelas


Humanistik

· Manusia punya potensi

· Tanpa alat tes, paling hanya alat tes untuk self concept

· Yang ingin dicapai adalah Emotional Insight

· Bagan anatomomi insight


Refleksi, dan yang lebih aktif adalah klien

Process is important

Posisi sejajar, klien aktif mencari solusinya


Continously changing

Can be concrete or can be abstract

Mendapatkan EMOTIONAL INSIGHT


*Active Thinker*

Mendambakan insight, penjelasan dan refleksi

Kemauan berpikir tinggi (kadang pintar)

Toleransi terhadap stress tinggi

Perlu waktu bagi klien untuk memahami masalah

Dengan menerima klien dan masalahnya, konselor mencoba menciptakan suasana yang positif dengan konteks yang positif pula

Tidak perlu oleh karena itu digunakan terapeutic interview

Menggunakan teknik-teknik refleksi yaitu mencerminkan kembali apa yang diungkapkan klien (masalahnya)

1. Probing

· Menggali lebih dalam dengan menanyakan beberapa hal yang ada sangkut pautnya

2. Supporting

· Memberikan suport

Diposkan oleh Psikologi Perkembangan2 di 21:44 0 komentar
Pertemuan III Konseling profesional dan Tidak Profesional

Konseling Profesional dan Tidak Profesional

Konseling yang akan dibahas di sini adalah konseling yang dilakukan secara profesional dengan ciri-ciri sebagai berikut:

A. Dikaitkan dengan uang (dibayar)

Konselor berhak menerima pembayaran atas jasa yang diberikannya ketika melakukan praktek konseling.

B. Dapat mempertanggungjawabkan secara ilmiah

Konselor memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup mengenai ilmu psikologi antara lain psikologi kepribadian, dinamika kepribadian dan psikopatologi, antropologi budaya, sosiologi, psikologi faal. Konselor juga harus memiliki metoda dan sistematika sendiri yang dapat dikaji atau diverifikasi.

c. Terikat Kode etik

Konselor senantiasa terikat kode etik ketika melakukan praktek konseling, berkaitan dengan hal-hal yang dibolehkan oleh profesi dan yang tidak diperbolehkan oleh profesi, misalnya kerahasiaan klien

d. Confidence

Konselor harus percaya dengan kemampuan dirinya sendiri dalam melakukan konseling dan selalu berusaha untuk belajar memperbaiki diri dan menambah pengetahuan dan latihan


Penerapan Etika Konseling

Setiap profesi seperti dokter, wartawan, pengacara, akuntan, pasti memiliki kode etik atau suatu aturan yang telah disepakati bersama, termasuk juga psikolog dan konselor. Tujuan dari adanya kode etik ini adalah untuk menjamin kesejahteraan klien karena dalam menjalankan profesinya berhubungan dengan kepentingan orang lain

Terjadinya pelanggaran kode etik, tidak hanya berdampak pada kerugian materil namun juga merugikan masa depan seseorang. Membocorkan rahasia klien termasuk dalam salah satu contoh pelanggaran kode etik. Bisa kita bayangkan apa akibatnya bila seorang psikolog tidak bisa menjaga rahasia klien padahal klien telah memberikan kepercayaan kepada konselor.

Kode etik terdiri dari kata kode dan etik. Secara bahasa, kode merupakan sekumpulan simbol yang tertulis secara sistematis. Sedangkan etik atau etika merupakan norma-norma yang berlaku. Kode etik berarti etika yang telah tertulis secara sistematis dan didefinisikan dengan jelas.

Pertanggungjawaban kode etik terutama sekali adalah pertanggungjawaban moral, namun ada beberapa kode etik dari profesi lain yang lebih memiliki kekuatan hukum yang pasti seperti profesi dokter


Khusus untuk praktek konseling memakai kode etik AACD (American Association of Counseling and Development) dari APA (American Psychology Association), yang isinya adalah:

1. Confidentiality (terbatas)
2. Identitas Konselor
3. Hubungan dengan klien
4. Pemindahan atau pengakhiran Konseling

1. Confidentiality (Terbatas)

Konselor harus menjaga rahasia klien. Ini berarti konselor dilarang berbicara pada siapapun tentang klien. Namun ada pengecualian dalam AACD, yaitu konselor boleh mengungkapkan masalah klien apabila ditemukan indikasi klien akan membahayakan orang lain

2. Identitas Konselor

Konselor harus mengungkapkan sejauh mana kompetensi yang dimilikinya kepada klien, yaitu kualitas profesi, pengalaman, latar belakang pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti, kualifikasi, spesialisasi dan tarif. Pada dasarnya klien harus diberikan kesempatan / kewenangan agar mengerti informasi yang diberikan konselor tanpa ada maksud untuk mempengaruhi klien sehingga klien dapat berfikir bahwa ia mendatangi orang yang tepat

3. Hubungan dengan Klien

Konselor tidak terlibat hubungan emosional apalagi hubungan psikoseksual dengan klien. Konselor perlu menghormati dan melindungi klien karena ini berkaitan dengan kesejahteraan klien. Apabila ternyata diperlukan kehadiran keluarga atau orang lain ketika proses konseling, maka itu harus seizin klien.

4. Pemindahan atau Pengakhiran Konseling

Pemindahan atau pengakhiran konseling dilakukan apabila pada tingkat tertentu, rapport yang sudah terbina hilang, maka disarankan untuk memindahkan konseling pada orang lain yang juga kompeten, atau ketika proses konseling sudah berakhir. Cara pengakhiran harus dilakukan secara bertahap karena ada ketergantungan antara klien dan konselor

Klien berhak menerima penjelasan bahwa konseling sudah berakhir atau dialihkan bila konselor sudah tidak mampu lagi mengatasi masalah klien atau rapport sudah terganggu. Konselor harus merekomendasikan nama, tempat, keahlian konselor pengganti sehingga klien tetap merasa konselor memiliki tanggung jawab dan keinginan untuk menyelesaikan masalah klien

Persyaratan Konselor

Selain berpengalaman dan menguasai pendekatan teori dan teknik-teknik konseling, seorang konselor dituntut untuk memiliki kualitas kepribadian yang menjadi karakter konselor. Secara garis besar, kualitas tersebut terdiri dari 8 macam karakter, yaitu:

1. Self Awareness and Understanding

2. Good Psychological Health

3. Sensitivity

4. Open Mindedness

5. Objectivity

6. Competen

7. Trushworthiness

8. Interpersonal Attractiveness

1. Self Awareness and Understanding

Konselor mengetahui dirinya sendiri dengan cara instropeksi dan self eksploration. Hal ini dilakukan terus menerus. Konselor dibiasakan untuk menilai diri sendiri sebelum menilai orang lain. Namun hal ini sulit karena kecenderungan seseorang adalah menutupi kelemahannya.

2. Good Psychological Health

Konselor harus sehat secara psikis, tidak dipenuhi oleh masalahnya sendiri, mampu menunda permasalahannya dan membedakan antara masalahnya sendiri dengan permasalahan klien. Bila konselor tidak sehat secara psikis, maka konselor akan menjadi bagian dari masalah klien. Namun kadang konselor sendiri sedang tidak menyadari bahwa dirinya bermasalah

3. Sensitivity

Kepekaan, cepat menanggapi dan mengerti apa yang dialami klien. Sensitivity adalah dasar dari empati yaitu kemampuan untuk menangkap tanda-tanda dari klien seperti coping strategi yang dipakai untuk mengatasi masalah. Untuk karakteristik ini memang dibutuhkan kepekaan dan intuisi.

4. Open Mindedness

Konselor mau menerima informasi luar, bebas dari prejudice / prejudgement, menghindari fanatic mindednes. Misalnya stereotipe orang minang: pelit .

Konselor benar-benar menyadari belief system dan mampu menempatkannya secar tepat. Oleh karena itu konselor tidak akan memaksa klien untuk mengadopsi apa-apa yang diyakini oleh konselor. Misalnya pandangan tentang agama.

5. Objectivity

Kemampuan untuk memahami masalah klien seolah-olah konselor tersebut menjadi klien tanpa kehilangan seolah-olah tersebut sehingga dapat sewaktu-waktu keluar dari masalah tersebut dan teliti melihat apa masalah klien. Kadang konselor sulit untuk objektif bila berhadapan dengan klien yang memiliki kedudukan atau jabatan penting.

6. Competen

Konselor menguasai berbagai informasi dan pengetahuan serta keterampilan untuk embantu klien dan harus percaya dengan kemampuannya tersebut.

7. Trushworthiness

Konselor harus dapat dipercaya. Termasuk di dalamnya sifat tanggung jawab, jujur, handal, cave enough (tidak membuat orang merasa salah / risih)

DO NOT PROMISE MORE THAN YOU CAN DO AND BE SURE YOU DO EXACTLY AS YOU HAVE PROMISE

8. Interpersonal Attractiveness

Realistis, bersahabat, hangat, tidak kaku dan apa adanya. Konselorpun tidak perlu menutup diri, menyadari keterbatasannya

Diposkan oleh Psikologi Perkembangan2 di 21:39 0 komentar
Pertemuan II Pengertian Umum Konseling

Pengertian Umum Konseling

Setiap orang secara disadari atau tidak sebenarnya pernah terlibat dalam proses konseling, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja bahkan dalam perjalanan di saat sedang ingin ke pasar. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belanja di warung mengeluhkan permasalahan naiknya semua harga barang kepada ibu pembeli lainnya dan bertanya bagaimana cara mensiasati agar uang belanja cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

Ibu yang kedua biasanya akan memberikan solusi sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya menjadi ibu rumah tangga yang kadangkala kekurangan uang belanja juga. Saat itu telah terjadi proses konseling. Hanya saja ada perbedaan yang jelas ketika konseling tersebut dilakukan secara profesional dan tidak profesional. Proses konseling seperti yang diceritakan di atas tentu saja tidak termasuk konseling yang dilakukan secara profesional

Dalam Mata kuliah psikologi konseling, yang akan kita pelajari bukanlah konseling seperti yang diceritakan di atas, namun akan menggali lebih dalam bagaimana konseling profesional tersebut sehingga mahasiswa bisa menerapkan berbagai pendekatan teoritis dalam melakukan konseling terhadap klien. Oleh sebab itu mahasiswa harus memahami prinsip-prinsip dasar dalam konseling.


Defenisi Konseling

Konseling adalah helping Relationship yang di dalamnya melibatkan 4 (empat) Hal, yaitu:

1. Ada seseorang yang membutuhkan bantuan (klien/Subjek/Konselee)
2. Ada seseorang yang berniat untuk memberikan bantuan (Konselor)
3. Konselor capable (mampu untuk membantu klien)
4. Adanya setting yang memungkinkan pertolongan itu diberikan dan diterima meliputi tempat dan komunikasi yang terjadi antara konselor dan konselee

Patterson menunjukkan beberapa hal yang tidak sinonim dengan efektivitas jalannya konseling, yaitu:

a. Konseling bukanlah pemberian informasi, meskipun informasi dapat diberikan dalam konseling

b. Konselor bukanlah pemberi nasehat, advis (saran) meskipun itu adalah salah satu teknik ketika melakukan support Counseling

c. Konseling bukanlah wahana untuk mempengaruhi sikap (attitude), kepercayaan (belief) maupun perilaku, dengan jalan membujuk, mengarahkan atau meyakinkan walaupun dilakukan secara tidak langsung, halus atau tidak menyakitkan

d. Konseling bukanlah wahana untuk mempengaruhi perilaku dengan menegur, memperingatkan, mengancam atau memaksa tanpa menggunakan kekuatan atau paksaan fisik.

e. Konseling bukanlah seleksi dan penugasan individu-individu ke berbagai pekerjaan atau aktivitas

f. Konseling bukanlah mewawancarai, walaupun wancara berlangsung dalam konseling.

Glose and Pepinsky

Konseling berhubungan dengan masalah-masalah yang relatif tidak berat, yaitu tidak terlihat adanya perkembangan ke arah neurotik berat (seperti obsesif-kompulsif) atau sejenisnya, melainkan terutama berhubungan dengan stres yang dialaminya

Thorne

Semacam Psikoterapi yang diadaptasikan terhadap permasalahan yang dihadapi orang-orang normal

Robinson

Bantuan terhadap orang-orang normal untuk mencapai keterampilan penyesuaian diri yang lebih tinggi derajatnya .

Cara penyesuaian ini dinyatakan sebagai berkembangnya kematangan atau kedewasaan, kemandirian (independent), integrasi diri dan peningkatan tanggung jawab.

¨ Kedewasaan/ berkembangnya kematangan

¨ Mampu menunda kebutuhan pribadi, dalam psikoanalisa dinamakan Ego (Reality Testing)

¨ Mampu mengendalikan emosi, tetap tenang dalam situasi krisis
Integrasi diri

Azas keseimbangan

♪ Seimbang antara emosi dan rasio, tidak semua dianggap serius

♪ Menerima dan menghargai diri sendiri maupun orang lain

Rasa tanggung jawab --> Terhadap diri sendiri

--> tanggung jawab sosial

Dalam Konseling terjadi helping process, terhadap penyesuaian diri orang-orang normal (masalah tidak terlalu berat). Dalam proses tersebut dibutuhkan suatu keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan serta pengetahuan mengenai pendekatan teoritis serta teknik-teknik konseling

Konseling adalah Helping Process yang meliputi:

* Relationship (Hubungan antara konselor dengan konselee)

* Assesment (Mendiagnosa, tidak hanya melalui tes, tetapi juga melalui hasil/penilaian dari hubungan yang berlangsung

* Goal setting (Harus ditetapkan apa yang hendak dicapai)

* Adanya strategi implementasi

* Evaluation and termination (Seberapa jauh pencapaian goal setting)

Perbedaan Konseling dengan Psikoterapi

Kriteria


Psikologi Konseling


Psikoterapi

Pendekatan yang digunakan


Pendekatan pemberian dorongan (suportif) dan pemberian pemahaman secara redaktif (peningkatan pemahaman tentang diri, masalah dan konflik-konflik yang ada di dalam sadarnya untuk mencapai penyesuaian diri


Pendekatan pemberian secara rekonstruktif yang meningkatkan pemahaman tentang diri, konflik dan masalahnya yang ada di bawah sadarnya dengan melakukan rekonstruksi struktur kepribadian klien

Intensitas Masalah



Menangani individu normal (ditandai kesadaran pikiran, bersifat pemecahan masalah edukatif, suportif dan situasional) dengan problem psikologis seperti ketidakmatangan, ketidakstabilan emasi dan sebagainya


Menangani individu yang kurang normal dan masalah yang berat yang ditandai adanya tekanan-tekanan yang sangat mendalam sehingga perlu analisis ketidaksadarnnya dan usaha rekonstruksi kepribadian


Kategori Konseling

Konseling terbagi atas beberapa kategori, yaitu:

1. Vocational Counseling
2. Educational Counseling
3. Employee Counseling
4. Rehabilitational Counseling
5. Old Age Counseling
6. Konseling Perkawinan
7. Personal Counseling (Konseling Pribadi)

Vocational Counseling

Konseling ini sangat penting. Ini adalah konseling yang pertama-tama. Konseling ini berhubungan dengan permasalahan-permasalahan di sekolah dan perguruan tinggi yang akan ditempuh. Bagi konselor yang berkecimpung dalam konseling ini perlu memiliki pengetahuan yang luas tentang berbagai macam jenis pekerjaan dan kepegawaian


Educational Counseling

(Konseling Pendidikan)

Erat hubungannya dengan vocational Counseling. Konselor yang bergerak dalam bidang ini menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan pemilihan jurusan untuk perguruan tinggi atau sekolah-sekolah kejuruan, seleksi mata pelajaran dan permasalahan kurikulum. Berhubungan juga dengan permasalahan keterampilan belajar dan kesulitan membaca. Konselor berperan sebagai guru atau trainer dalam latihan-latihan khusus (special training)

Employee Counseling

(Konseling Pegawai)

Konselor harus menguasai seluk beluk kepegawaian. Konseling ini ada pada perusahaan-perusahaan industri dan lembaga-lembaga pemerintah

Konseling ini berhubungan dengan emosional, kesiapan pensiun dan managerial maupun tingkat eksekutif. Selain itu konseling ini erat sekali hubungannya dengan masalah moril pegawai

Rehabilitational Counseling

(Konseling Rehabilitasi)

Konselor menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan cacat badan (physically handicapped), termasuk di dalamnya bagi mereka yang buta, tuli, gangguan cardinal (jantung) Tuber Cular (TBC), Cerebral (Otak), parsied dan ortopedically handicapped.

Psikolog bertugas untuk menangani hambatan-hambatan dalam keinginan penderita untuk memasuki pendidikan khusus bagi penderita dan memasuki kehidupan sosial secara wajar, selain itu juga menangani gangguan emosional yang terjadi akibat adanya perubahan “self concept” atau penyesuaian klien terhadap peralatan-peralatan buatan, misalnya dengan penggunaan kursi jalan.

Kadang-kadang diperlukan tes vocational dan memberi saran-saran dalam rangka membantu mpenyesuaian terhadap pekerjaan sehari-hari dan menerima latihan untuk pelajaran-pelajaran yang cocok atau penyesuaian yang dihubungkan dengan keterbatasan-keterbatasan yang dialaminya.

Di sini, psikolog harus menguasai Medical Psychology dan bekerja sama dengan dokter.


Old Age Counseling

(Konseling Usia Lanjut)

Psikolog yang memberikan konsultasi di bidang ini disebut “Geriatrics Counselor” yang memusatkan perhatian pada:

* Penyuluhan kerja

* Permasalahan pensiun

* Kesulitan pribadi, memilih akan hidup sendiri atau menjadi tanggungan keluarga. Biasanya banyak terjadi di luar negeri

* Gangguan intelektual dan emosi yang disebabkan proses ketuaan

Target yang ingin dicapai konseling ialah pemanfaatan keterampilan-keterampilan yang dimiliki para orang tua usia lanjut dan perbaikan-perbaikan pada mereka yang menunjukkan adanya gejala-gejala deteriosasi


Konseling Perkawinan

Berhubungan dengan berbagai aspek, saling hubungan personal/interpersonal. Aspek-aspek itu diantaranya meliputi:

a. Memilih teman hidup

2. Prediksi kemungkinan berhasil atau gagalnya suatu perkawinan
3. Perilaku seksual
4. Cara-cara pemecahan konflik
5. Masalah pengasuhan anak
6. Hubungan orang tua-anak

Tidak menutup kemungkinan untuk berkecimpung dalam:

1. Fisiologis seksual
2. Perubahan dalam hidup
3. Genetika
4. Agama
5. Masalah Ekonomi

Personal Counseling

(Konseling Pribadi

Konseling ini dikenal juga dengan nama “konseling penyesuaian (Adjustment Counseling) yang umumnya berkisar antara permasalahan, pergaulan dan kesukaran emosional.

Dalam konseling pribadi, psikolog berorientasi tidak pada permasalahannya, melainkan pada individu sebagai suatu keseluruhan.

Misal: keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik pribadi, seks, sosial dan finansial

Diposkan oleh Psikologi Perkembangan2 di 20:48 0 komentar
Psikologi Konseling Pertemuan I

JADUAL KEGIATAN PERKULIAHAN PSIKOLOGI KONSELING

SEMESTER GENAP TA 2008/2009

Pertemuan


Materi


Keterangan

1


Orientasi perkuliahan

Kontrak belajar

Tata Tertib Perkuliahan



2


Pengertian Umum tentang Konseling

Defenisi Konseling

Konseling adalah Helping Process

Perbedaan Konseling dan Psikoterapi

Kategori Konseling



3


Membedakan Konseling Profesional Dan Tidak Profesional

Penerapan Etika Konseling

Persyaratan-Persyaratan Konselor


Games dan Simulasi

4


Directive dan Non directive Konseling



5


Review


Quiz

6


Memahami Siapa Klien

Proses Membina Good Rapport dengan Klien


Demonstrasi

7


Teknik Komunikasi

Komunikasi dalam Konseling



8


Listening Skill


Tugas 1

9


Praktek MicroSkill


Demonstrasi

10


Pendekatan Teoritis Konseling dan Psikoterapi



11


Transactional Analysis


Tugas 2

12


Konseling Rational Emotif



13


Prinsip Dasar Freudian dalam Konseling dan Psikoterapi



14


Prinsip Dasar Rogerian dalam Konseling dan Psikoterapi



15


Prinsip Dasar Behavioristik dalam Konseling dan Psikoterapi


Tugas 3

16


Presentasi Kasus dan Review Keseluruhan



Tugas:

1. Praktek pembinaan good rapport dan listening skill terhadap satu orang klien, ada yang bertindak sebagai konselor dan observer

2. Membuat ringkasan teori-teori yang digunakan dalam konseling dan psikoterapi (masing-masing satu lembar), yaitu antara lain:

1. Psikoanalisis
2. Adler
3. Person Centered Theory (Carl Rogers)
4. Gestalt Theory
5. Transactional Analysis (Eric Berne)
6. Rational Emotif Theory (Albert Ellis)
7. Dll

3. Praktek konseling terhadap klien masing-masing mahasiswa satu kasus yang termasuk dalam salah satu kategori konseling menggunakan salah satu pendekatan teoritis dalam konseling, yaitu:

a. Vocational Counseling

b. Educational Counseling

c. Employee Counseling

d. Rehabilitation Counseling

Tidak ada komentar:

Posting Komentar